Al-Insan al-Kamil dan Symphony No. 9
- Cecep Syamsul Hari
- Apr 6, 2023
- 1 min read
Beberapa waktu belakangan ini saya merenungkan (dan setiap hari mendengarkan kembali) Beethoven. Dan saya sampai pada kesimpulan bahwa epistemologi keindahan insaniah yang jejak kosmologisnya bersumber dari entitas keindahan ilahiah mencapai puncak pencapaian manusiawinya pada "Movement IV Presto Symphony No. 9". Sebelumnya saya berpikir puncak itu terdapat pada karya Beethoven yang lain, "Opus 131", ternyata bukan. Dalam "Movement IV Presto Symphony No. 9", selubung yang menutup batas menuju pemahaman keindahan ilahiah telah terbuka, (telah) kasyf.
Saya juga kemudian menjadi lebih memahami mengapa almarhum Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid) sangat mencintai "Symphony No. 9". Apabila kita mengambil alusi referensial ke filsafat ketuhanan Iqbal, "Movement IV Presto Symphony No. 9" Beethoven, dapat diibaratkan seperti manusia yang telah sampai pada derajat al-insan al-kamil. Dengan segala kerendahan hati, saya ingin sekali mengatakan bahwa "Movement IV Presto Symphony No. 9" adalah bukan saja merupakan puncak (magnum opus) musikal dalam sejarah musik dunia melainkan juga merupakan puncak (magnum opus) mistis dan filosofis dalam memahami hati manusia dalam hubungannya dengan kemanusiaan itu sendiri, alam semesta, dan Tuhan Yang Maha Esa.
II Re-post Status Facebook Cecep Syamsul Hari II 17 Agustus, 2020.